Salah satu cara dalam memonitor diversifikasi adalah dengan mengatur alokasi modal atau Fund Allocation. Apakah kamu sudah coba untuk menerapkan strategi ini ?
Strategi kali ini bertujuan untuk kita tidak terlalu berlebihan (atau bahkan pelit) dalam membeli saham dari modal yang kita punya saat ini, sehingga tujuan untuk memiliki portfolio yang ideal bisa tercapai.
Portfolio yang ideal menurut kita adalah yang terus tumbuh (menghasilkan), yang membuat kita bisa nyaman dan bisa tidur nyenyak setiap harinya.
Namun balik lagi, komposisi yang ideal tergantung dari risk profil kamu sendiri, maka sangat penting untuk kita mengenali diri kita masing-masing.
Selain itu kita juga perlu mengerti apa itu fundamental dari emiten yang kita beli atau kita pegang, apakah sesuai dengan risk profil kamu atau tidak ?
Karena jika kamu pegang emiten yang kamu sendiri tidak merasa nyaman dengan bisnisnya, yang bisa menjadi pertanyaan apakah kamu bisa tidur dengan nyenyak ?
Baca juga : Tujuan Dari Investasi
Misal kamu punya modal Rp 100 juta, dan menurut kita kalau bisa jangan membelikan Rp 50 juta hanya di satu saham saja dan Rp 50 juta sisanya dibagi ke 5 saham, kenapa ?
Bayangkan kalau saham yang dibeli tadi itu turun bahkan terus turun, maka bisa membuat kinerja portfolio kamu juga terseret kebawah.
Maka strategi yang harus kamu lakukan adalah sebisa mungkin porsi dari saham-saham yang kamu pegang "sama rata" atau mendekati. Dan porsi yang ditargetkan adalah maksimal 15% dan minimal 5% untuk setiap emitennya.
Tujuannya supaya setiap uang kamu alokasikan ke saham tertentu akan memberikan effect yang proporsional ke portfolio kamu.
Secara sederhana, strategi ini adalah strategi untuk tidak berlebihan dan pelit dalam membeli saham dari modal yang kamu punya supaya bisa memperoleh portfolio investasi yang sesuai dengan profil resiko kamu.
Kamu juga perlu memahami bahwa tujuan dari strategi ini untuk memberikan effect yang proporsional ke dalam portfolio kamu dan juga bisa mengurangi risiko. Mengurangi risiko bukan berarti tidak akan rugi, hanya saja jika terjadi kerugian maka nilainya akan lebih kecil dibandingkan pasar.
Sebab yang namanya pasar saham itu sangat fluktuatif, sekalipun sudah naik tinggi kamu juga harus siap jika nantinya berbalik arah dan berulang.
Dan perlu kamu ingat, modal memang penting tapi besaran modal yang harus kamu tentukan itu tentu saja sangat tergantung dari kemampuan kamu sendiri.
Satu hal yang pasti dan sebaiknya dipahami apalagi kamu termasuk trader pemula "Investasikanlah hanya sebesar yang akan kamu relakan untuk hilang". Dengan kata lain, berinvestasilah dengan uang yang benar-benar "menganggur".
Karena akan sangat bahaya jika kamu menggunakan uangmu yang seharusnya untuk kebutuhan utamamu tapi malah kamu jadikan modal untuk berinvestasi. Bahkan sekelas trader profesional saja tidak akan menggunakan uang "panas" untuk dijadikan modal berinvestasi.
Lalu berapa sih modal investasi yang oke ?
Semua tergantung tujuan keuangan kamu, dan balik lagi ke "Goal" apa yang ingin kamu capai ? Instrument seperti apa sih yang akan kamu pilih untuk berinvestasi, lalu berapa persentase returnnya kalau kamu berinvestasi pada instrumen yang kamu pilih.
Dari perhitungan itulah, kamu bisa mengkalkulasikan berapa modal yang kamu butuhkan untuk berinvestasi.
Pada prinsipnya, semakin besar modal yang kamu tanamkan untuk berinvestasi, maka akan semakin besar pula returnnya, dan semakin besar juga resikonnya.